***
AD HOMINEM adalah penyebutan ringkas dari istilah ARGUMENTUM AD HOMINEM. yang secara harfiah bisa diartikan sebagai: argumentasi terhadap pribadi.
Istilah ini biasa sekali ditemui dalam khasanah perdebatan (baik lewat tulisan maupun live-verbal) yang biasanya berlangsung dalam nuansa politis. Statement ad hominem seringkali dilontarkan seseorang kepada lawannya karena dilatari oleh kesesatan logika berpikir (logical fallacy / errors in logic / an error in reasoning) yang jauh lebih parah kadarnya ketimbang sekedar a priori.
AD HOMINEM bisa dipahami sebagai upaya menyerang lawan debat dengan mengabaikan substansi pendapat sang lawan, melainkan justru menyasar pada karakter pribadi sang lawan itu sendiri. Tujuannya agar membuat kesan yang dapat dibenarkan oleh massa penyimak debat yang terpengaruh jebakan sesat pikirnya itu, untuk ikut mendeligitimasi dan antipati pada sosok lawannya, tanpa merasa perlu menyimak kembali benar atau tidaknya pendapat lawan tersebut.
Ada tiga bentuk pernyataan yang bersifat Ad Hominem, sebagai berikut:
1) ABUSIVE AD HOMINEM..
Argumen yang menyangkal pernyataan lawan debat, tapi bukan pada substansinya, melainkan dengan menyasar langsung kepada kepribadian si lawan, seperti sifatnya, latar asosiasinya, personalitynya, pakaiannya, kondisi fisiknya, dsb.
Contoh:
- "Tahu apa dia soal kesehatan dan kebersihan, itu buktinya dia kena penyakit gudik."
2) CIRCUMSTANSIAL AD HOMINEM..
Argumen yang dilontarkan bukan untuk menyanggah pernyataan lawan debat, tapi menyasar pada hubungan pribadi lawan dengan situasinya yang ada saat itu.
- "Ngomong apa sih itu si Fadli Zon, sok paling pro rakyat saja kalau berkomentar, buktinya kemarin dia asyik foto selfie dengan Donald Trump konglomerat yang rasis itu di Amerika."
3) TU QUOQUE AD HOMINEM..
Argumen ini menyangkal pernyataan dan menuding lawan munafik karena dianggap lawan sendiri tidak mempraktekkannya. Padahal bagaimanapun juga seharusnya jangan lihat siapa yang berbicara, tapi dengarkan apa yang dikatakan.
Contoh:
- "Alah.. buat apa kamu ceramahi saya soal merokok itu buruk buat kesehatan, toh kamu sendiri kecanduan."
AD HOMINEM bisa dipahami sebagai upaya menyerang lawan debat dengan mengabaikan substansi pendapat sang lawan, melainkan justru menyasar pada karakter pribadi sang lawan itu sendiri. Tujuannya agar membuat kesan yang dapat dibenarkan oleh massa penyimak debat yang terpengaruh jebakan sesat pikirnya itu, untuk ikut mendeligitimasi dan antipati pada sosok lawannya, tanpa merasa perlu menyimak kembali benar atau tidaknya pendapat lawan tersebut.
Ada tiga bentuk pernyataan yang bersifat Ad Hominem, sebagai berikut:
1) ABUSIVE AD HOMINEM..
Argumen yang menyangkal pernyataan lawan debat, tapi bukan pada substansinya, melainkan dengan menyasar langsung kepada kepribadian si lawan, seperti sifatnya, latar asosiasinya, personalitynya, pakaiannya, kondisi fisiknya, dsb.
Contoh:
- "Tahu apa dia soal kesehatan dan kebersihan, itu buktinya dia kena penyakit gudik."
2) CIRCUMSTANSIAL AD HOMINEM..
Argumen yang dilontarkan bukan untuk menyanggah pernyataan lawan debat, tapi menyasar pada hubungan pribadi lawan dengan situasinya yang ada saat itu.
- "Ngomong apa sih itu si Fadli Zon, sok paling pro rakyat saja kalau berkomentar, buktinya kemarin dia asyik foto selfie dengan Donald Trump konglomerat yang rasis itu di Amerika."
3) TU QUOQUE AD HOMINEM..
Argumen ini menyangkal pernyataan dan menuding lawan munafik karena dianggap lawan sendiri tidak mempraktekkannya. Padahal bagaimanapun juga seharusnya jangan lihat siapa yang berbicara, tapi dengarkan apa yang dikatakan.
Contoh:
- "Alah.. buat apa kamu ceramahi saya soal merokok itu buruk buat kesehatan, toh kamu sendiri kecanduan."
Tapi, dalam batasan dan keperluan tertentu, semisal perdebatan politik yang ideologis sifatnya, kemampuan untuk beretorika dengan gaya ad hominem terkadang membuahkan hasil yang "positif" bagi si pelontar karena berhasil memenangkan dukungan massa. Dalam ajang lomba-lomba debat yang sering digelar di sekolah atau kampus, malah biasanya ada wasit yang siap ngasih kartu merah ad hominem jika ada peserta yang membuat pernyataan agresif tapi keluar konteks.
Saran saya, hindarilah ad hominem dalam setiap perdebatan, asah dan tingkatkan kapasitas intelektual anda agar peradaban manusia semakin maju berkembang. :)
Saran saya, hindarilah ad hominem dalam setiap perdebatan, asah dan tingkatkan kapasitas intelektual anda agar peradaban manusia semakin maju berkembang. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar